Rabu, 07 Juli 2010

Tugas Makalah

MAKALAH
FILSAFAT
ALIRAN SOFISME






DISUSUN OLEH :

LALU RUDY SISWANDI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PALOPO
2010

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
BAB II : PEMBAHASAN
A. Sejarah Dan Pengertian Sofisme
B. Ciri-ciri Dan Faktor Yang Menyebabkan Munculnya Sofistik
C. Tokoh-tokoh Aliran Sofisme Dan Ajarannya
1. Protagoras
2. Gorgias
3. Hippias
4. Prodikos
5. Kritias
6. Lycophron
D.Ajaran Pokok Kaum Sofis
E.Komentar
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran


DAFTAR PUSTAKA



KATA PENGANTAR
Bismillahir-Rahmanir-Rahim
ALHAMDULILLAH’ Was-shalatu wassalamu ‘ala Sayyidina Muhammaddin-Rasulillah,wa’ala alihi wa ash-habihi waman walah.Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat,taufik,hidayah,serta inyah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang mau bekerja sama dan tidak pernah patah semangat sedikitpun dalam menyelesaikan makalah ini.Walaupun dalam penulisan makalah ini penulis mengalami banyak kesulitan dan hambatan,walaupun demikian penulis tidak pernah putus asa dan terus mencoba hingga akhirnya penulis dapat dapat menyelesaikan makalah ini.
Demikianlah sepatah kata dari kami,walaupun makalah ini hanya sedikit yang dimulai dengan membahas tentang aliran sofisme,pengertian,sejarah,tokoh-tokoh,dan pengaruhnya,tetapi harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.


Palopo 6 Mei 2010

Penulis








BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Dalam makalah ini kita akan mempelajari perkembangan filsafat Yunani dalam pertengahan kedua abad ke-5 SM. Zaman ini meliputi baik aliran yang disebutkan Sofistik maupun filsafat Sokrates. Kita akan melihat bahwa Sokrates tidak begitu bersahabat dengan kaum Sofis.
Filsafat Sokrates sebagian dapat dimengerti sebagai reaksi serta kritik atas pendapat-pendapat kaum Sofis. Namun demikian, ada alasan juga untuk membicarakan mereka berdua dalam bab yang sama. Bukan saja mereka hidup dalam zaman yang sama, melainkan juga mereka membaharui filsafat dengan cara yang sama.
Filsuf dan sastrawan Roma yang bernama Cicero akan mengatakan bahwa Sokrates telah memindahkan filsafat dari langit ke atas bumi. Maksudnya bahwa filsafat pra-sokratis, telah memandang alam semesta dengan rupa-rupa cara, sedangkan Sokrates mencari obyek penyelidikannya di bumi ini, yakni manusia. Nah, hal yang sama dapat dikatakan juga tentang kaum Sofis.
Mereka pun memusatkan seluruh perhatiannya pada manusia. Ketika kita mempelajari filsafat pra-sokratis, sudah beberapa kali kita bertemu dengan persoalan-persoalan yang menyangkut manusia, tetapi hanya sepintas lalu. Dalam zaman ini manusia menjadi obyek pertama dan utama untuk menyelidiki filsafat.
.

B.Rumusan Masalah
Dari penulisan latar belakang masalah diatas,penulis dapat menulis beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu sofiame dan bagaimana sejarahnya.?
2. Apa ciri-ciri dan Faktor apa saja yang menyebabkan munculnya sofistik.?
3. Siapa saja tokoh-tokoh aliran sofisme dan bagaimana ajarannya.?
4. Apa pengaruh aliran sofisme itu sendiri.?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Dan Pengertian Sofisme
1. Sejarah
Sofis adalah nama yang diberikan kepada sekelompok filsuf yang hidup dan berkarya pada zaman yang sama dengan Sokrates.Mereka muncul pada pertengahan hingga akhir abad ke-5 SM.Meskipun sezaman, kaum sofis dipandang sebagai penutup era filsafat pra-sokratik sebab Sokrates akan membawa perubahan besar di dalam filsafat Yunani.
Golongan sofis bukanlah suatu mazhab tersendiri, sebab para filsuf yang digolongkan sebagai sofis tidak memiliki ajaran bersama ataupun organisasi tertentu.Karena itu, sofisme dipandang sebagai suatu gerakan dalam bidang intelektual di Yunani saat itu yang disebabkan oleh beberapa faktor yang timbul saat itu.
Kaum Sofis muncul pada pertengahan abad ke-5 SM. Beberapa orang filsuf sofis yang terkenal tidak berasal dari Athena, namun semua nya pernah mengunjungi dan berkarya di Athena.
2. Pengertian
Sofisme berasal dari kata sofis yang berarti cerdik,pandai.Namun kemudian berkembang artinya menjadi bersilat lidah.Sebab kaum sofis cara menyampaikan filsafatnya dengan hal berkeliling ke kota-kota dank e pasar-pasar.Para pemuda dilatih kemahiran berdebat dan berpidato.Kepandaian itu untuk mempertahankan apa yang dianggap benar.


B.Ciri-ciri Dan Faktor Yang Menyebabkan Munculnya Sofistik
Beberapa cirri sofistik yaitu
Aliran yang disebut Sofistik tidak merupakan suatu mazhab, yang dapat dibandingkan dengan mazhab Elea umpamanya. Bertentangan dengan suatu mazhab, para Sofis tidak mempunyai ajaran bersama. Sebaiknya Sofistik dipandang sebagai suatu aliran atau pergerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh beberapa factor yang timbul dalam zaman itu. Tetapi sebelum kita memandang factor-faktor itu, lebih dahulu sepatah kata harus dikatakan tentang sanam “Sofis”.
Nama “Sofis” (sophistes) tidak digunakan sebelum abad ke-5. arti yang tertua adalah “seorang bijaksana” atau “seorang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu”. Agak cepat kata ini dipakai dalam arti “sarjana” atau “cendikiawan”. Herodotos memakai nama sophistes untuk Pythagoras.
Pengarang Yunani yang bernama Androtion (abad ke-4 SM) mempergunakan nama ini untuk menunjukkan “ketujuh orang bijaksana” dari abad ke-6 dan Sokrates. Lysias, ahli pidato Yunani yang hidup sekitar permulaan abad ke-4 nama philoshopos menjadi nama yang biasa dipakai dalam arti “sarjana” atau “cendikiawan”, sedangkan nama sophists khusus dipakai untuk guru-guru yang berkeliling dari kota ke kota dan memainkan peranan penting dalam masyarakat Yunani sekitar pertengahan kedua abad ke-5. di sini kita juga mempergunakan kata “Sofis” dalam arti terakhir ini.
Pada kemudian hari nama “Sofis” tentu tidak harum. Akibatnya masih terlihat dalam bahasa-bahasa modern. Dalam bahasa Inggris misalnya kata “sophist” menunjukkan seseorang yang menipu orang lain dengan mempergunakan argumentasi-argumentasi yang tidak sah. Cara berargumentasi yang dibuat dengan maksud itu dalam bahasa Inggris disebut “sophism” atau “sophistery”. Terutama Sokrates, Plato dan Aristoteles denga kritiknya atas kaum Sofis menyebabkan nama “sofis” berbau jelek. Salah satu tuduhan adalah bahwa para Sofis meminta uang untuk pengajaran yang mereka berikan.
Dalam dialog Protagoras, Plato mengatakan bahwa para Sofis merupakan “pemilik warung yang menjual barang rohani” (313 c). dan Aristoteles mengarang buku yang berjudul Sophistikoi elenchoi (cara-cara berargumentasi kaum Sofis); maksudnya cara berargumentasi yang tidak sah. Demikianlah para Sofis memperoleh nama yang jelek, hal mana masih dapat dirasakan sampai pada hari ini, sebagaimana nyata dengan contoh-contoh dari bahasa Inggris tadi.
Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Munculnya Sofistik
Pertama,Sesudah perang Parsi selesai (tahun 449 SM), Athena berkembang pesat dalam bidang politik dan ekonomi. Di bawah pimpinan Periklespolis inilah yang menjadi pusat seluruh dunia Yunani. Sampai saat itu Athena belum mengambil bagian dalam filsafat dan ilmu pengetahuan yang sedang berkembang sejak abad ke-6. Tetapi sering kali dalam sejarah dapat kita saksikan bahwa negara atau kota yang mengalami zaman keemasan dalam bidang politik dan ekonomi menjadi pusat pula dalam bidang intelektual dan cultural.
Demikian halnya juga dengan kota Athena. Kita sudah melihat bahwa Anaxagoras adalah filsuf pertama yang memilih Athena sebagai tempat tinggalnya. Para Sofis tidak membatasi tidak membatasi aktivitasnya pada polis Athena saja. Mereka adalah guru-guru yang bepergian keliling dari satu kota ke kota lain. Tetapi Athena sebagai pusat cultural yang baru mempunyai daya tarik khusus untuk kaum sofis. Protagoras misalnya, yang dari sudut filsafat boleh dianggap sebagai tokoh yang utama antara para Sofis, sering-sering mengunjungi Athena.
Kedua,Faktor Lain yang dapat membantu untuk memahami timbulnya gerakan Sofistik adalah kebutuhan akan pendidikan yang dirasakan di seluruh Hellas pada waktu itu. Sudah kami utarakan bahwa bahasa merupakan alat politik yang terpenting dalam masyarakat Yunani.
Sukses tidaknya dalam bidang politik sebagian besar tergantung pada kemahiran berbahasa yang diperlihatkan dalam sidang umum, dewan harian atau sidang pengadilan. Itu teristimewa benar dalam masa yang dibahas di sini, karena hidup politik sangat diutamakan. Khususnya di Athena, yang sekarang mengalami puncaknya sebagai polis yang tersusun dengan cara demokratis. Itulah sebabnya tidak mengerankan bahwa orang muda merasakan kebutuhan akan pendidikan serta pembinaan, supaya nanti mereka dapat memainkan peranannya dalam hidup politik. Sampai saat itu pendidikan di Athena tidak melebihi pendidikan elementer saja.
Kaum Sofis memenuhi kebutuhan akan pendidikan lebih lanjut. Mereka mengajarkan ilmu-ilmu seperti matematika, astronomi dan terutama tata bahasa. Mengenai ilmu yang terakhir ini mereka boleh dipandang sebagai perintis. Dan tentu saja, kaum Sofis juga mempunyai jasa-jasa besar dalam mengembangkan ilmu retorika atau ilmu berpidato. Selain dari pelajaran dan latihan untuk orang muda, mereka juga memberi ceramah-ceramah dengan cara populer untuk khalayak ramai yang lebih luas.
Dari uraian di atas ini boleh ditarik kesimpulan bahwa kaum Sofis untuk pertama kalinya dalam sejarah mengorganisir pendidikan untuk orang muda. Dari sebab itu paidela (kata Yunani untuk “pendidikan”) dapat dianggap sebagai suatu penemuan Yunani. Itulah salah satu jasa yang besar sekali, yang pengaruhnya masih berlangsung terus sampai dalam kebudayaan modern.
Ketiga,Faktor yang mempengaruhi timbulnya aliran Sofistik boleh dilukiskan sebagai berikut. Karena pergaulan dengan banyak negara asing, orang Yunani mulai menginsyafi bahwa kebudayaan mereka berlainan dari kebudayaan-kebudayaan lain.
Kebudayaan Yunani terletak di tengah kebudayaan-kebudayaan yang coraknya sangat berlainan. Dapat terjadi bahwa apa yang dengan tegas ditolak dalam kebudayaan yang satu, sangat dihargai dalam kebudayaan yang lain. Sejarawan Yunani Herodotos yang hidup dalam zaman ini dan banyak bepergian ke negeri-negeri lain, telah menuliskan pengalaman itu dengan cukup jelas.
Dan ia menyetujui pendirian penyair Pindaros bahwa adat kebiasaan adalah raja segala-galanya. Pengalaman itu menampilkan banyak pertanyaan. Apakah peraturan-peraturan etis, lembaga-lembaga sosial dan tradisi-tradisi relegius hanya merupakan suatu kebiasaan atau konvensi saja? Apakah kesemuanya itu hanya kebetulan tersusun begitu? Apakah mungkin suatu susunan yang sama sekali berlainan? Para Sofis akan merumuskan persoalan ini dengan bertanya: apakah peraturan-peraturan etis beralaskan adat kebiasaan (romos) atau beralaskan kodrat (physis)?.
Pada umumnya para Sofis akan menjawab bahwa hidup sosial tidak mempunyai dasar kodrati. Sampai-sampai Protagoras tidak ragu-ragu mengatakan bahwa manusia adalah ukuran untuk segala sesuatu. Dengan demikian kaum Sofis jatuh jatuh dalam relativitasme di bidang tingkah laku etis di bidang pengenalan.
Dengan relativisme dimaksudkan pendirian bahwa baik buruk dan benar salah itu bersifat relatif saja. Atau dengan kata lain, baik buruk dan benar salah tergantung pada manusia bersangkutan. Sokrates dan Plato dengan tajam sekali akan mengkritik pendirian itu. Tetapi dapat dibayangkan bahwa kaum Sofis mengalami sukses besar dengan anggapannya yang menentang tradisi-tradisi tua, terutama dalam kalangan kaum muda. Dalam hal ini angkatan muda Yunani tidak berbeda banyak dengan angkatan muda pada zaman lain, karena mereka selalu cenderung membuang yang kolot dan memihak kepada yang serba baru

C.Tokoh-tokoh Sofisme Dan Ajarannya.
Di dalam sejarah filsafat, dikenal beberapa nama filsuf yang termasuk di dalam kaum sofis,diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Protagoras
a. Riwayat Hidup
Protagoras lahir kira-kira pada tahun 485 di kota Abdera di daerah Thrake. Demokritos adalah sewarga kotanya yang lebih muda. Sering kali ia datang ke Athena dan di sana ia terhitung pada kalangan sekitar Perikles. Atas permintaan Perikles ia mengambil bagian dalam mendirikan kota perantauan Thurioi di Italia Selatan pada tahun 444. pendirian kota itu dimaksudkan Perikles sebagai usaha pan-Hellen, berarti seluruh Hellas diharapkan mengambil bagian dalamnya. Ada tokoh-tokoh terkemuka yang ikut dalam usaha itu, seperti misalnya Herodotos, Hippodamos dan Lysias.
Protagoras diminta untuk mengarang undang-undang dasar bagi polis baru itu. Menurut Diogenes Laertios pada akhir hidupnya Protagoras dituduh di Athena karena kedurhakaan (asebia) dan bukunya tentang agama dibakar di hadapan umum. Diceritakan pula bahwa Protagoras melarikan diri ke Sisilia, tetapi pada perjalanan ini ia tewas, akibat perahu layar tenggelam. Tetapi karena kesaksian Diogenes Laertios ini tidak dapat dicocokkan dengan data-data lain, kebanyakan sejarawan modern menyangsikan kebenarannya.
Protagoras mengarang sejumlah buku. Hanya beberapa fragmen pendek masih disimpan. Tetapi isi ajarannya dapat diterapkan, karena gagasan Protagoras ramai dipersoalkan di kemudian hari. Plato merupakan sumber yang utama, khususnya kedua dialognya yang berjudul Theaitetos dan Protagoras.
b. Ajaran Tentang pengenalan
Dalam buku yang berjudul Atletheia (“kebenaran”) terdapat tuturan Protagoras yang terkenal, yang disimpan dalam kumpulan H. Diels sebagai fragmen 1: “Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya; untuk hal-hal yang ada sehingga mereka ada dan untuk hal-hal yang tidak ada sehingga mereka tidak ada”. Pendiri ini boleh disebut relativisme, artinya kebenaran dianggap tergantung pada manusia. Manusialah yang menentukan benar tidaknya, bahkan ada tidaknya.
Di sini dapat dipersoalkan bagaimana kita mesti mengerti kata “manusia” itu. Yang dimaksudkan Protagoras, manusia perorangan ataukah manusia sebagai umat manusia? Apakah kebenaran tergantung pada Anda dan pada saya, sehingga kita mempunyai kebenaran sendiri-sendiri? Ataukah kebenaran tergantung pada kita bersama-sama, sehingga kebenaran itu sama untuk semua manusia, biar pun tidak mempunyai arti terlepas dari manusia? Tidak dapat disangsikan bahwa Plato mengartikan perkataan Protagoras tadi mengenai manusia perorangan. Itu jelas karena contoh yang diberikannya untuk menerangkan pendapat Protagoras. Contohnya sebagai berikut: Angin yang sama dirasakan panas oleh satu orang (yaitu orang sehat) dan dirasakan dingin oleh orang lain (yang dalam keadaan sakit/demam). Mereka kedua-duanya benar! Dan tidak ada alasan yang menuntut bahwa kita membatasi pendapat Protagoras ini atas pengenalan inderawi saja. Oleh karenanya kebenaran seluruhnya harus dianggap relatif terhadap manusia bersangkutan. Semua pendapat sama benar, biarpun sama sekali bertentangan satu sama lain. Tetapi, kalau demikian, pendapat Protagoras sendiri tidak merupakan kekecualiaan. Karena, sebagaimana disimpulkan oleh Plato, secara konsekuen pendapat Protagoras hanya benar untuk dia sendiri saja dan mungkin sekali bagi orang lain kebalikannya yang benar.
c.Seni Berdebat
Karangan lain berjudul Antilogiai(“Pendirian-pendirian yang bertentangan”). Dalam karya ini Protagoras mengemukakan anggapan yang tentu ada hubungannya dengan relativisme yang diuraikan di atas. Dan anggapan ini sesuai dengan keaktifan khusus kaum Sofis, sebab kita sudah melihat bahwa mereka terutama giat dalam bidang kemahiran berbahasa.
Suatu fragmen disimpan yang barangkali merupakan kalimat pertama dari karya tersebut: “tentang semua hal terdapat dua pendirian yang bertentangan”. Boleh diandaikan bahwa perkataan ini menyatakan gagasan pokok karya ini. Kalau benar tidaknya sesuatu tergantung pada manusia, harus disimpulkan bahwa satu pendirian tidak lebih benar dari pada kebalikannya. Ini mempunyai konsekuensi besar untuk seorang ahli berpidato. Terserah pada kepandaiannya apakah ia akan berhasil meyakinkan para pendengarnya mengenai kebenaran suatu pendirian yang sepintas lalu rupanya tidak begitu sah. Dari sebab itu perlu suatu latihan yang memungkinkan orang “membuat argumen yang paling lemah menjadi yang paling kuat”.
Para musuh kaum Sofis telah menafsirkan gagasan ini dalam arti moral. Mereka memberi kesan seakan-akan menurut Protagoras perbuatan yang sama serentak dapat dicela dan serentak juga dipuji, sehingga sesuatu yang baik dijadikan sesuatu yang buruk dan sebaliknya. Dengan demikian seni berdebat menjadi alat yang cocok sekali untuk penjahat-penjahat. Tetapi tidak ada alasan apa pun untuk menyangka bahwa maksud Protagoras memang begitu. Oleh tradisi Yunani disampaikan kesaksian bahwa Protagoras mempunyai tabiat yang luhur dan dihormati oleh umum.
d.Ajaran Tentang Negara
Dalam karya yang bernama Tentang Keadaan yang Aseli Protagoras memberi suatu teori tentang asal usul negara. Teori ini dipengaruhi di satu pihak oleh pengalaman yang sudah disebut di atas, yakni bahwa tiap-tiap negara mempunyai adat kebiasaan sendiri dan di lain pihak oleh kenyataan bahwa pada waktu itu banyak kota perantauan masing-masing mendapat undang-undang baru.
Kita sudah mendengar bahwa Protagoras sendiri juga menyusun undang-undang demikian. Protagoras berpendapat bahwa negara tidak berdasarkan kodrat, tetapi diadakan oleh manusia sendiri. Ia melukiskan timbulnya keadaan itu ia mengalami rupa-rupa kedulitan, seperti gangguan dari pihak binatang buas, bencana alam dan lain sebagainya. Karena ia tersendiri merasa lemah dan tidak berdaya, ia mulai berkumpul dengan teman-teman manusia lainnya dalam kota-kota.tetapi cepat sekali ia mengalami bahwa hidup bersama tidak gampang pula.
Dengan suatu mite, Protagoras menerangkan bagaimana kesulitan baru ini diatasi. Seseorang dewa berkunjung kepada manusia dan menyerahkan kepada mereka dua anugerah” keinsyafan dan keadilan (dike) dan hormat kepada orang lain (aidos). Berkat kedua bakat ini manusia dapat hidup bersama. Ia sendiri dapat mengadakan undang-undang. Jadi, undang-undang tertentu tidak “lebih benar” dari pada undang-undang lain. Tetapi undang-undang ini lebih cocok dengan masyarakat ini dan undang-undang lain lebih cocok dengan masyaraka lain. Rupanya dalam bidang sosial juga manusia adalah ukuran.
e.Ajaran Tentang allah-allah
Masih disimpan datu fragmen dari karya Protagoras yang berjudul Peritheon (“perihal allah-allah): “Mengenai allah-allah saya tidak merasa sanggup menetapkan apakah mereka ada atau tidak ada; dan saya juga tidak dapat menentukan hakekat mereka. Banyak hal yang merupakan halangan: baik kaburnya pokok bersangkutan maupun pendeknya hidup manusia”. Pendapat Protagoras tentang allah-allah boleh disebut suatu skeptisisme, artinya di sini tidak mungkin mencapai kebenaran. Itu cocok sekali dengan anggapan relativistis yang dianut Protagoras dalam bidang pengenalan. Tetapi kita tidak mempunyai informasi bahwa ia juga menarik konsekuensi praktis dari pendapat skeptis itu. Mungkin sekali ia menyimpulkan bahwa dalam hidup praktis manusia harus berpihak pada tradisi saja dan beribadah kepada allah-allah polis, sebagaimana wajib dilakukan oleh semua warga negara.
2. Gorgias
a.Riwayat Hidup
Gorgias lahir di Leontinoi di Sisilia sekitar tahun 483. Rupanya mula-mula dia murid Empedokles, kemudian dipengaruhi oleh dialektika Zeno. Pada tahun 427 ia datang ke Athena sebagai duta kota asalnya untuk meminta pertolongan melawan kota Syrakusa. Sebagai Sofis ia mengelilingi kota-kota Yunani,terutama Athena, di mana ia mengalami sukses besar, karena luar biasa fasih lidahnya. Ia dijunjung tinggi sebagai guru dan mempunyai banyak murid. Ia meninggal pada usia 108 tahun, kira-kira pada tahun 375.
b.Ajaran
Gorgias menulis sebuah buku yang berjudul Tentang yang Tidak Ada atau Tentang Alam. Dalam buku ini ia mempertahankan tiga pendirian (1) tidak ada sesuatu pun; (2) seandainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenal; (3) seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Ketiga pendirian ini disokong dengan banyak argumen. Soalnya ialah bagaimana kita harus mengerti maksud Gorgias.
Ada sejarawan yang berpendapat bahwa yang ia maksudkan memang seperti yang diucapkannya dengan ketiga pendirian ini. Kalau demikian, Gorgias bukan saja menganut suatu skeptisisme (anggapan bahwa kebenaran tidak dapat diketahui), melainkan juga memihak kepada nihilisme (anggapan bahwa tidak ada sesuatu pun atau bahwa tidak ada sesuatu pun yang bernilai). Tetapi sulit sekali untuk membayangkan bahwa pendirian-pendirian itu mengandung maksud Gorgias sendiri. Agaknya ia ingin menyindir metode berargumentasi yang dipakai mazhab Elea dengan memperlihatkan bahwa cara berargumentasi mereka dapat diteruskan hingga menjadi mustahil.
Dalam tradisi Yunani diceritakan bahwa sesudah mengarang karya yang di sebut di atas, Gorgias berbalik dari filsafat dan mulai mencurahkan perhatiannya kepada ilmu retorika. Kita masih mempunyai dua pidato yang dikarang Gorgias. Mungkin kedua pidato ini disisipkan sebagai contoh dalam suatu buku pegangan mengenai ilmu retorika, tetapi buku itu tidak ada lagi. Retorika dianggap Gorgias sebagai seni untuk menyakinkan (“the art of persuasion”). Dari sebab itu tidak cukup mengemukakan alasan-alasan yang diarahkan kepada akal budi, tetpai juga perasaan harus disentuh. Gorgias menciptakan gaya bahasa yang memperaktekkan prinsip ini.
Di antara murid-murid Gorgias tentu harus disebut Isokrates, seorang ahli pidato yang ternama di Yunani. Ia akan membuka suatu sekolah Plato yang disebut “Akademia”.
3. Hippias
a.Riwayat Hidup
Hippias adalah kawan sebaya dengan Sokrates dan berasal dari kota Elis. Ia dibicarakan dalam kedua dialog Plato yang berjudul Hippias Maior dan Hippias Minor. Rupanya ia menguasai banyak lapangan keahlian, terutama ia mempunyai jasa-jasa besar dalam bidang ilmu ukur.
b.Ajaran
Seperti banyak Sofis lain, Hippias juga mencurahkan perhatiannya pada pertanyaan, apakah tingkah laku manusia dan susunan masyarakat harus berdasarkan nomos (adat kebiasaan, undang-undang) atau harus berdasarkan physis (kodrat). Tetapi ia memberi jawaban yang bertolak belakang dengan kebanyakan rekan Sofis. Ia beranggapan bahwa kodrat manusiawi merupakan dasar bagi tingkah laku manusia dan susunan masyarakat. Ia berpikir begitu, karena undang-undang berkali-kali harus dikoreksi atau diubahkan. Oleh karenanya ternyata bukan undang-undang yang merupakan norma terakhir untuk menentukan yang baik dan yang jahat. Apalagi, undang-undang sering kali memperkosa kodrat manusia. Misalnya undang-undang menggolongkan manusia sebagai penguasa atau bawahan, sebagai orang bebas atau budak. Padahal, menurut kodratnya, semua manusia sama derajatnya. Dengan demikian pada Hippias tampaklah suatu kosmopolitisme dan universalisme yang menandai banyak Sofis.
4. Prodikos
a.Riwayat Hidup
Prodikos berasal dari pulau Keos dania juga boleh dianggap sebagai kawan sebaya Sokrates.
b.Ajaran
Prodikos menganut suatu pandangan hidup yang pesimistis. Kematian dianggapnya sebagai jalan untuk melepaskan diri dari kesusahan dalam hidup manusia. Pendapatnya tentang asal usul agama pasti tidak boleh dilupakan di sini. Menurut Prodikos, agama merupakan penemuan manusia.
Mula-mula manusia memuja tenaga-tenaga alam sebagai dewa, misalnya matahari, bulan, sunagi-sungai dan pohon-pohon. Sebagai contoh ia menunjuk kepada pemujaan sungai Nil di Mesir. Taraf berikut ialah bahwa mereka yang menemukan keahlian tertentu (pertanian, perkebunan anggur, pengolahan besi) dipuja sebagai dewa.
Sebagai contoh ia menyebut dewa-dewa Yunani Demeter, Dionysos, dan Hephaistos yang dalam agama Yunani masing-masing dikaitkan dengan pertanian, anggur dan besi. Jadi, ia berpendapat bahwa juga agama agama merupakan ciptaan manusia (nomos). Ia menyangka pula bahwa doa itu kelebihan saja. Dan rupanya ia mengalami kesulitan-kesulitan dengan pemerintah Athena karena anggapan-anggapan yang kurang ortodoks itu.
5. Kritias
a.Riwayat Hidup
Kritias ini lebih muda dari Sokrates. Ia berasal dari Athena dan memainkan peranan penting dalam politik kota itu.
b.Ajaran
Titik ajaran Kritias yang harus disebutkan di sini ialah pendapatnya tentang agama. Ia beranggapan bahwa agama ditemukan oleh penguasa-penguasa negara yang licik. Kebanyakan pelanggaran dapat diadili menurut hukum. Tetapi selalu ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan tersembunyi saja dan tidak diketahui oleh umum. Dari sebab itu penguasa-penguasa membalas juga pelanggaran-pelanggaran tersembunyi.
6.Lykophron
Lykophron adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam golongan Sofis.Di antara nama-nama yang termasuk di dalam golongan Sofis, Lykophron termasuk sebagai filsuf yang tidak diketahui mengenai pemikirannya.Hal itu disebabkan tidak ada fragmen-fragmen dari karyanya yang tersimpan. Hanya ada beberapa komentar dari sumber-sumber kuno tentangnya. Salah satu filsuf yang menyinggung namanya adalah Aristoteles di dalam bukunya Retorika (1405b 35; 1406a b; 1410a 17).
Ia dikenal sebagai murid di sekolah orator milik Gtidakorgias.Selain itu, ia menaruh perhatian juga terhadap metafisika, ilmu politik, dan politik.
D.Ajaran Pokok Kaum Sofis
Kaum Sofis memiliki beberapa ajaran pokok yaitu :
a) Manusia menjadi ukuran segala-galanya
b) Kebenaran umum (mutlak) tidak ada
c) Kebenaran hanya berlaku sementara
d) Kebenaran tidak terdapat pada diri sendiri
Denagan ajaran yang demikian,maka Sofisme tergolong Aliran relativisme.Ajaran Sofisme ada juga pengaruhnya yang positif waktu itu,yaitu melehirkan banyak orang terampil berpidato.Disamping itu akal manusia dihargai.Tetapi segi negatifnya menjadikan orang tidak bertanggung jawab atas ucapan-ucapannya,sebab apa yang dikatakan hari ini untuk sesuatu,bias saja hari esoknya berlainan dengan dalih bahwa kebenaran hanyalah berlaku sementara.
Dengan perjalanan seperti itu dunia pengetahuan menjadi tidak pasti dan terletak semata-mata ditangan orang-orang yang dengan kecakapannya berpidato bias mempengaruhi masyarakat.
Maka retorika yaitu kecakapan berpidato menjadi kunci kebenaran untuk membela suatu pendirian.Dan hilangnya keyakinan karena kebenaran yang pasti tidak ada dan tidak akan tercapai.
Demokrasi Athena menghajatkan kepandaian berdebat dan mendalil dimuka umum untuk menarik banyak suara yang menguntungkan seseorang.Kaum Sofis menjanjikan untuk mengajar kepandaian dalam masalah ini.Secara garis besar dapat dikatakan bahwa praktek mereka mendekati cara sarjana-sarjana hokum dalam masyarakat modern,mereka bersedia memperlihatkan bagaimana membela atau menghancurkan dalil suatu perkara.
Menurut pemikiran filsafatnya,orang adalah ukuran segala sesuatu tentang adanya yang ada dan tentang tidak adanya yang tidak ada.Ini dapat ditafsirkan bahwa setiap orang adalah ukuran segala sesuatu,dan jika terjadi pertentangan maka tidak ada kebenaran obyektif sesuai dengan yang ditentukan mana yang benar dan mana yang salah.
E.Komentar
Dari pemaparan tentang aliran sofisme diatas,penulis tidak sepakat atau tidak setuju dengan pemikiran kaum sofis















BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam uraian-uraian sejarah filsafat, kaum Sofis tidak selalu dipandang dengan cara yang sama. Kadang-kadang dikemukakan pertimbangan yang agak negatif. Tetapi dalam uraian-uraian lain kaum Sofis direhabilitasikan lagi dengan penilaian yang lebih positif. Pada aliran Sofistik sendiri terdapat dua aspek yang menampilkan penilaian yang berbeda-beda itu.
Di satu pihak gerakan para Sofis menyatakan krisis yang tampak dalam pemikiran Yunani. Rupanya pada waktu itu orang merasa jemu dengan sekian banyak pendirian yang telah dikemukakan dalam filsafat pra-sokratik. Reaksinya ialah skeptisisme yang dianut oleh para Sofis. Kebenaran diragukan dan dasar ilmu pengetahuan sendiri digoncangkan (Protagoras, Gorgias). Dengan itu Sofistik pasti mempunyai pengaruh negatif atas kebudayaan Yunani waktu itu.
Banyak nilai tradisional dalam bidang agama dan moralitas mulai roboh. Peranan polis sebagai kesatuan sosial-politik mulai merosot, karena kaum Sofis memajukan suatu orientasi pan-Hellen. Tekanan pada ilmu berpidato dan kemahiran berbahasa menampilkan bahaya bahwa teknik berpidato akan dipergunakan untuk maksud-maksud yang jahat. Kalau prinsip Protagoras, yakni “membuat argumen yang paling lemah menjadi yang paling kuat”, dikaitkan dengan relativisme dalam bidang moral, maka dengan sendirinya jalan terbuka untuk penyalahgunaan itu. Sofis-sofis yang besar seperti Protagoras dan Gorgias tidak menyalahgunakan ilmu berpidato untuk maksud-maksud jahat. Mereka adalah orang yang dihormati oleh umum karena moralitas yang bermutu tinggi. Hal yang sama tidak bisa dikatakan mengenai semua Sofis lain.
Akan tetapi di lain pihak aliran Sofistik pasti juga mempunyai pengaruh yang positif atas kebudayaan Yunani. Bahkan boleh dikatakan bahwa para Sofis mengakibatkan suatu revolusi intelektual di yunani. Gorgias dan Sofis-sofis lain menciptakan menciptakan gaya bahasa yang baru untuk prosa Yunani. Sejarawan-sejarawan Yunani yang besar, seperti Herodotos dan thukydides, dipengaruhi secara mendalam oleh pemikiran Sofistik. Pandangan hidup kaum Sofis bergema juga pada dramawan-dramawan yang tersohor seperti Sophokles dan terutama Euripides. Dan kami sudah menyebut sebagai jasa-jasa Sofistik bahwa mereka mengambil manusia sebagai obyek bagi pemikiran filsafat dan bahwa mereka meletakkan fundamen untuk pendidikan sistematis bagi kaum muda. Tetapi jasa mereka yang terbesar ialah bahwa mereka mempersiapkan kelahiran filsafat baru.
B.Saran-saran
Dalam penulisan makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan.Kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan untuk mendapatkan yang lebih baik.Demi perbaikan nanntinya.






DAFTAR PUSTAKA
Kaum Sofis,Fadliyanur’s Weblog.
Achmadi,Asmoro,Filsafat Umum,Jakarta,Rajawali Press,2000.
Syadali,Ahmad dan Mudzakir,Filsafat Umum,Bandung,Pustaka Setia,1999.


















1 komentar:

  1. Daftar Pustaka nya itu doang ?
    serius ?
    orang asli copy wikipedia , wikipedianya tidak dicantumkan
    dasar plagiat

    BalasHapus